Jumat, 16 November 2012

AIR

"Dialah yang menurunkan air hujan dari langit untuk kamu sebagiannya menjadi minuman dan sebagainya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu." (An-Nahl:10)


Bayangkanlah jika dunia tanpa air, bumi kering kerontang, tak ada hijau dedaunan, tidak pula buah-buahan. Hewan-hewan ternak tidak lagi mampu menyediakan daging dan susu segar, kebanyakan jadi bangkai dan selebihnya hidup hanya dengan kulit membalut tulang.

Jika gambaran mengerikan diatas benar-benar menjadi kenyataan, maka nasib manusia tidak lebih beruntung dari hewan ternak yang nelangsa itu, menunggu maut yang datang dengan perlahan-lahan dan menyakitkan. Begitulah jika bumi yang kita huni ini tidak lagi mampu menyediakan air bagi dua milyar (menurut perkiraan sensus) umat manusia yang hidup diatasnya dan milyaran hewan ternak serta tumbuhan yang belum pernah disensus.

Air adalah sumber kehidupan bagi semua mahluk. Secara fisiologis, manusia dan semua mahluk diatas bumi ini membutuhkan air. Bahkan jasad manusia sendiri sepertiganya adalah air. Karena itu, sejak awal menjadi penghuni bumi, manusia sudah akrab dengan air dan tidak bisa melepaskan diri dari kebutuhannya akan air. Demikian pula hewan dan tumbuhan. Bahkan, jin pun konon lebih banyak hidup di tempat-tempat yang ada airnya.

Temuan-temuan arkeologis masa lalu menunjukkan, bahwa sejak dulu manusia lebih memilih hidup di dekat sumber-sumber air, baik sungai maupun mata air. Berbagai peninggalan bersejarah dan fosil-fosil manusia zaman purba kebanyakan ditemukan di pinggir-pinggir sungai. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan kebudayaan dan peradaban manusia tumbuh dan berkembang di sekitar sumber air.

Kita juga tentu pernah mendengar kisah Siti Hajar bersama Ismail yang ditinggal oleh Ibrahim as. ditanah gersang Bakkah (Mekah) atas perintah Allah SWT. Cerita Al-Qur'an tentang perjuangan Siti Hajar yang berlari-lari dari Bukit Shafa ke Marwah dan sebaliknya itu sesungguhnya bukan hanya sekedar cerita tentang terbentuknya sumur ajaib zam-zam. Lebih dari itu, cerita tersebut menunjukkan betapa air menjadi kebutuhan pokok bagi manusia, sehingga setiap manusia (termasuk Hajar) harus berjuang sekuat tenaga mendapatkannya demi menyambung hidup.

Perkembangan zaman yang semakin pesat seperti sekarang ini, ternyata tidak merubah kebutuhan manusia akan air. Justru, semakin hari air menjadi barang yang semakin berharga, karena semakin langka dan sulit didapat. Bahkan, ketika manusia modern sudah mampu menjejakkan kakinya di bulan dan mengirim pesawat jelajah ke mars, barang utama yang pertama dicari adalah air, tanpa air di dua planet itu, cita-cita manusia modern untuk hijrah dan membangun koloni baru disana tidak akan terwujud.

Sayangnya, tidak semua manusia menyadari, betapa berharganya air bagi kehidupan kita. Kita tidak penah mensyukuri nikmat air yang diberikan Allah kepada kita. Sebaliknya kita sering kali berlaku zalim dengan menghambur-hamburkan air. Padahal, Islam menekankan agar umatnya menghemat air. Bahkan untuk urusan ibadah sekali pun (wudhu' dan mandi) Islam melarang umatnya menggunakan air secara boros dan berlebihan. Karena itu, sudah sepantasnya kita menghargai air sebagai nikmat pemberian Allah dan harus kita jaga kelestarianya. Tanpa air, tak ada lagi harapan untuk kehidupan di atas bumi ini. Dan tanpa air, tak ada lagi teman di dalam gelas kopi yang menemani kita sambil membaca koran pagi. Wallahu a'lam bish-shawwab.


SUMBER: Majalah Hidayah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar